Mengapa blog ini saya buat??

Saya menyadari bahwa orang membutuhkan motivasi dalam hidupnya. Karena itu saya membuat blog ini untuk memberikan motivasi bagi sesama.

Bagi teman-teman yang ingin berbagi cerita-cerita motivasi atau ayat-ayat dan renungannya. Bisa mengirim email ke sastra_2005@yahoo.com. Dengan senang hati saya akan segera mempostnya. Terima kasih, semoga blog ini bermanfaat. GBU all

Saya juga persilahkan untuk mencomment post yang saya upload. Tapi saya minta tolong commentnya jangan menghina, menyinggung, atau berbau sara yah ^^

Atas masukan dari beberapa teman. Maka saya tampilkan panduan untuk memberi comment pada artikel2 yang ada.

1. Klik .. comment, yang terletak pada sebelah kanan tempat penulisan tanggal artikel diterbitkan (terletak dibawah artikel).
2. Pada bagian bawah artikel akan muncul field untuk memasukkan comment. Silahkan mengetik comment anda.
3. Pada bagian bawahnya ada field bertuliskan comment as (berfungsi untuk menandakan identitas anda).
4. Silahkan pilih identitas anda:
- name / url untuk memasukkan nama anda. Url boleh tidak diisi. klik continue untuk melanjutkan.
- anonymous untuk tidak meninggalkan identitas anda.
- ada beberapa pilihan account lain yang mungkin anda punyai.
5. klik preview untuk melihat tampilan comment anda.
6. post comment untuk menerbitkan dan memasang comment anda di artikel.

Semoga petunjuk ini membantu anda.

Wednesday, October 20, 2010

Ikan Kehausan Dalam Air

Dua puluh dua orang anak-anak itu duduk melingkar di hadapan kami. Mereka bernyanyi. Dan seorang diantaranya kemudian membacakan doa ini, doa dari Santo Fransiskus Assisi: Tuhan, beri aku kemampuan Menerima apa yang tak mungkin kurubah Dan keberanian Merubah apa yang mungkin kurubah Serta rahmat dan kebijaksanaan Untuk membedakannya Kami semua terpana di hadapan mereka. Dua puluh dua anak. Yang terkecil masih berusia enam tahun. Dan yang besar kutaksir sekitar sebelas tahun. Ya, kami sedang mengunjungi suatu Panti Asuhan dengan membawa bingkisan untuk membagikan kegembiraan kepada anak-anak itu. Kami ingin memberi kebahagiaan kepada mereka. Tetapi kini, anehnya, aku merasa bahwa justru merekalah yang membahagiakan kami.

Maka ketika ke dua puluh dua orang anak itu mengelilingi kami, mereka membagikan kepada kami tawa ria. Hidup terasa demikian melegakan. Jika mereka, yang sungguh tidak punya apa-apa, dapat demikian gembira menghadapi kenyataan hidup yang mereka hadapi. Mengapa kita seringkali merasa kekurangan? Mengapa kita seringkali menggerutu karena gagal memiliki sesuatu? Apa yang salah dalam hidup kita ini?

Hidup menjadi sulit karena kita menyimpan ambisi dalam menggapai apa yang kita ingini. Jika kita berhasil, kita akan senang sesaat sebelum keinginan lain datang. Tetapi jika kita gagal, kita merasa terpukul dan merasa kalah. Kita menderita karena keinginan-keinginan kita terlalu menguasai hasrat diri. Saat itu terpikir olehku bahwa, mungkin jauh lebih baik jika kita tidak memiliki apa-apa. Tak ada yang perlu dipertahankan. Tak ada yang perlu dikejar untuk dikuasai. Tak ada yang menguasai kita.

Tetapi kemudian seorang anak perempuan, mungkin berusia 8 tahun, berdiri dan mulai bernyanyi: "..Nobody knows the troble I’ve seen. Nobody knows my sorrow..." dengan wajahnya yang polos, maka kami pun merasa terharu. Tahukah kami apa yang ada di balik kegembiraan mereka? Tahukah kami apa yang membuat kami tergelak saat mereka saling berebut boneka yang kami bawa? Tahukah kami?

Pada kenyataannya, kami di sini, saling melengkapi. Saling menghibur. Saling menolong agar kuat menghadapi kehidupan masing-masing. Kami lalu sadar bahwa segala hasrat dan ambisi yang kami miliki tidaklah salah sepanjang kami saling membagi dan saling membantu. Kami semua hidup dalam dunia yang satu. Pada kebenaran yang satu. Kenyataan. Hasrat dan ambisi hanyalah alat pengobar semangat agar kami tetap memiliki harapan. Maka perlu sesering mungkin kami berhenti untuk memikirkan kembali segala hasrat dan ambisi itu. Kami semua bagaikan ikan yang kehausan dalam air. Berlalu-lalang mencari tetapi sering gagal untuk menemukan air untuk memuaskan dahaga. Padahal air ada di sekeliling kami semua. Persoalannya, sadarkah kami?

Dua puluh dua anak kecil ini telah menyadarkan aku betapa kehidupan ini saling menjalin. Tak ada seorang pun yang dapat memisahkan diri dari ikatan ini tanpa mati kehausan. Air untuk memuaskan dahaga kita sesungguhnya ada di mana-mana, sementara kita terus mencarinya. Dan jika kita terkungkung dalam tembok kepentingan diri kita saja, maka kita takkan pernah menemukan kesegaran itu. Memang, tak seorang pun yang tahu kesulitan kita. Tetapi jika kita berani untuk mulai membagikan hidup kita bagi orang lain, maka kita pun akan saling mengenal kesulitan masing-masing.

Saat berpisah telah tiba. Kami meninggalkan panti asuhan itu dengan perasaan yang ringan. Kami semua sadar bahwa sore itu kami telah saling belajar untuk menerima penderitaan masing-masing. Untuk saling membagikan kegembiraan masing-masing. Dengan demikian, kami menjadi air sekaligus ikan. Dan kami takkan kehausan lagi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Itulah sabda Yesus kepada kita semua. Maka berbahagialah kita yang dapat menerima kebenaran dalam kehidupan kita masing-masing sebagai suatu kenyataan yang selalu dibimbing oleh damai sejahteraNya. Dan menerima hidup ini apa adanya sebagai suatu karunia dari Tuhan sendiri.


A. Tonny Sutedja
Email: tonny_sutedja@yahoo.com

No comments:

Post a Comment