Mengapa blog ini saya buat??

Saya menyadari bahwa orang membutuhkan motivasi dalam hidupnya. Karena itu saya membuat blog ini untuk memberikan motivasi bagi sesama.

Bagi teman-teman yang ingin berbagi cerita-cerita motivasi atau ayat-ayat dan renungannya. Bisa mengirim email ke sastra_2005@yahoo.com. Dengan senang hati saya akan segera mempostnya. Terima kasih, semoga blog ini bermanfaat. GBU all

Saya juga persilahkan untuk mencomment post yang saya upload. Tapi saya minta tolong commentnya jangan menghina, menyinggung, atau berbau sara yah ^^

Atas masukan dari beberapa teman. Maka saya tampilkan panduan untuk memberi comment pada artikel2 yang ada.

1. Klik .. comment, yang terletak pada sebelah kanan tempat penulisan tanggal artikel diterbitkan (terletak dibawah artikel).
2. Pada bagian bawah artikel akan muncul field untuk memasukkan comment. Silahkan mengetik comment anda.
3. Pada bagian bawahnya ada field bertuliskan comment as (berfungsi untuk menandakan identitas anda).
4. Silahkan pilih identitas anda:
- name / url untuk memasukkan nama anda. Url boleh tidak diisi. klik continue untuk melanjutkan.
- anonymous untuk tidak meninggalkan identitas anda.
- ada beberapa pilihan account lain yang mungkin anda punyai.
5. klik preview untuk melihat tampilan comment anda.
6. post comment untuk menerbitkan dan memasang comment anda di artikel.

Semoga petunjuk ini membantu anda.

Thursday, February 10, 2011

Kesaksian Ecleda Leemanouw

Pikirku seisi rumah menentangku dan berusaha mengekangku, aku berusaha memberontak. Tetapi harga yang mahal harus kubayar. Jakarta, 16 Desember Malam minggu aku dijemput Mona, recananya mau nonton, habis itu ke disko. "Entar aku kenalin deh sama cowok keren. Oke punya!" kata Mona, temen akrabku. Ya boleh juga pikirku, habis be-te juga sich,banyak tugas di kampus yang bikin pusing. Setiap hari kegiatanku belajar, membosankan! So, apa salahnya aku bersenang-senang sebentar? Wah, malam itu aku senang sekali. Benar kata Mona, Tommy cute abis. Kayaknya cewek lain pada sirik ngeliat aku jalan sama dia. Rupanya kesenanganku cuma sampai di situ saja.

Di rumah, papa sudah berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang dan mama disebelahnya. Rupanya aku sudah ditungguin. "Echa ... kamu sudah besar, harusnya kamu tahu dong, sayang. Nggak baik anak gadis pulang malam-malam begini. Apalagi dari diskotik..."sorot mata mama memandangku penuh kasih. "Kamu seenaknya pulang jam dua pagi, apa kata tetangga nanti? kalau terjadi apa-apa bagaimana? siapa mau tanggung jawab, hah!" suara papa menggelagar bagai tamparan di wajahku. Papa dan mama-sama sekali nngak bisa ngerti. Aku kan udah besar, sudah bisa jaga diri sendiri. "Pokoknya papa nggak mau lihat kamu pulang pagi lagi" tegas papa sambil masuk ke kamarnya. "Sudahlah, sekarang ganti bajumu dan istirahat, ya. Besok sama mama ya, ke gereja," tutup mama.

Sejak malam itu hubunganku dengan papa mulai reggang. Aku mulai merasa dikekang. Papa egois, maunya mikirin nama baik aja, lalu aku harus ikut semua kemauannya, egois.... Aku ingin sekali bisa bebas, seperti Mona, Karin dan beberapa temanku yang lainnya. Mereka bisa jalan ke mana dan kapan aja mereka suka. Jakarta, 11 Januari Tahun baru datang lagi. Aku berharap banyak perubahan terjadi dan hal-hal yang menarik akan aku alami, tapi ternyata... Kabar pertama yang kudengar di awal tahun ini begitu menggagetkan, Karin, Roni, beberapa teman yang lain, dan Tommy! Mereka digrebek polisi saat sedang teler dipesta shabu-shabu di rumah Roni. Sebenarnya aku juga diajak mereka tapi papa melarangku pergi malam itu. Syukurlah. Belum habis shock ku, seminggu kemudian Mona datang ke rumah sambil nangis. Ternyata dia hamil! Nggak percaya rasanya, apalagi setelah tahu Rizal nggak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Belum tentu anaknya, kata Rizal. Tak kusangka oleh ortunya Mona dipaksa aborsi dan dikucilkan di rumah neneknya di Lampung. Tuhan , ke mana semua temen- temenku..?

Jakarta, 14 Jauari Aku memutuskan untuk tidak keluar rumah sepanjang hari ini, ya aku pengen ngobrol sama mama. "Ma, Echa mau minta maaf kalo belakanan ini sikap Echa kasar dan menentang papa dan mama. Echa janji dech nggak buat mama sedih lagi.." aku bermanja sama mama. Tiba-tiba aku ingin memeluk mama, hal yang udah lama nggak aku lakukan sejak kuliah. "Echa...apapun yang terjadi, kamu tetap anak mama. Mama akan terus berdoa buat kamu, buat cita-cita dan masa depanmu. Mama tahu Tuhan Yesus sayang sekali sama kamu, "mama menciumku. Mama begitu baik dan lemah lembut, lain sama papa yang otoriter dan nggak pernah punya waktu untukku. Ah, sudahlah yg penting aku sudah minta maaf sama mama, pasti hatinya nggak sedih lagi. Besok jalan ke Mall ah..

Jakarta, 23 Januari Hari ini aku jengkel sekali, papa marah sekali hanya gara-gara nilaiku cuma C dan D itu. Harus A, katanya. Aku dibanding-bandingkan dengan saudara sepupuku. Rasanya seperti mau meledak! Kenapa sih papa nggak mau ngerti dan menerima aku apa adanya? Malam itu aku dan papa bertengkar hebat. Ketika satu tamparan mendarat di pipiku, aku putuskan untuk segera angkat kaki dari rumah neraka ini!

Bandung, 5 Maret Setelah satu bulan lebih pelarianku ke Bandung, aku mendapat sebuah surat melalui seorang temanku tulisan tangan papa "Mama sakit, ingin bertemu kamu, segera pulang ke rumah". Jatungku berdetak keras! Mama.. Sore itu juga aku kembali ke Jakarta dan menemui mama di rumah sakit. Deg...! Mama yang cantik kini terbaring tak berdaya. Wajahnya terlihat letih dan tua, badannya kurus... secepat itukah berubah? Aku menghampirinya, "Ma, ini Echa ma, Echa kembali..." Mama membuka matanya perlahan-lahan. Ketika mama memandangku, tiba-tiba ada pancaran kehidupan yang keluar dari sepasang mata itu. "Echa.." panggil mama. Aku terisak dan kucium pipinya. "Mama mau kamu memaafkan papamu. Sebenarnya papamu sangat sayang padamu, dia hanya ingin melihat kamu berhasil di kemudian hari," "Iya ma, Echa sudah memaafkan papa, Echa juga salah kok, maafkan Echa ya, pa,"aku menghampiri papa dan menggandeng tangannya. "Lihat ma, aku sudah baikan sama papa," lanjutku terisak. Mama tersenyum dan betapa hancurnya hatiku ketika tahu itulah senyumnya yg terakhir, hidup mama nggak lama lagi. Mama mengindap tumor ganas yang dapat menyerangnya sewaktu-waktu.

Jakarta, 21 April Mama telah tiada. Wanita yg telah mengisi hidupku selama 20 tahun itu telah pergi. Rumah kami yang dulunya begitu riuh dengan debat dan canda, sekarang begitu lengang. Seakan-akan aku masih mendengar mama bernyanyi... "Apa yang kau alami kini mungkin tak dapat engkau mengerti Satu hal tanamkan di hati Indah semua yang Tuhan b'ri..."

Jakarta, 30 April Rumah makin sepi. Oh Tuhan, aku rindu sekali sama mama... Perlahan kubuka pintu kamar kerja mama, nggak ada yang berubah. Semua masih sama seperti waktu mama ada. Sebuah buku di atas meja seeprti menarikku untuk membukanya. Lembar demi lembar tulisan tangan mama...
Jakarta, 24 Desember 1998.... malam natal ini aku rindu dapat bersama anak dan suamiku pergi gereja. Setidaknya kami kumpul berdoa bersama...
Jakarta, 25 JAnuari 1999 Tuhan Yesus...sudah 2 hari berlalu dan aku tidak tahu di mana anakku sekarang. Sementara rasa sakit di kepalaku tak tertahankan... Aku kangen sama Echa dan ingin melihatnya kembali...
Jakarta, 3 MAret 1999 Bapa..aku tahu ajalku sudah dekat. Aku sangat mencintai anak dan suamiku. Aku ingin Engkau mendamaikan mereka.. cuma satu hal yang kuminta sebelum Kau menjemputku. Tuhan, pastikan anak dan suamiku juga memiliki kamar di rumah kai kelak di Sorga...Aku nggak kuat lagi menahan air mataku. Ternyata papa sudah dibelakangku. Aku menagis di pelukan papa. Ketika kuangkat wajahku, papa.. papa juga menagis, aku tahu papa juga begitu kehilangan mama...

Jakarta, 10 Mei Hari ini aku dan papa ke gereja. Lewat kematian mama, kami menyadari begitu besarnya kasih Allah yang terpancar dalam hidup mama, aku begitu bahagia dapat berdamai dengan papa. Dan ketika aku menoleh dalam bayanganku mama tersenyum melihat kami. Ahh..seandainya mama masih ada... (AD)

"Dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Lukas 1:17)
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)


Ecleda Leemanouw

No comments:

Post a Comment